macam macam penyakit menular seksual

Macam-Macam Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual:

1. Sifilis

            disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.

2. Gonore

            yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.

3. Human papillomavirus (HPV)

Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks pada perempuan. Penularan HPV terjadi melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual dengan penderita.

4. Infeksi HIV

Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.

5. Chlamydia

Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan pada pria, menyerang saluran keluar urine di penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.

6. Trikomoniasis

Penyakt menular seksual ini disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada wanita atau malah tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali seseorang secara tidak sadar menularkan penyakit ini ke pasangan seksualnya.

7. Hepatitis B dan hepatitis C

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis, dan dapat mengakibatkan gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah atau cairan tubuh penderita. Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang dipakai bersama dan transplantasi organ.

8. Tinea cruris

Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur ini menyerang kulit di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, dan bokong. Tinea cruris ditandai dengan ruam merah yang terasa gatal pada kulit yang terinfeksi. Penularannya adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau menyentuh benda yang telah terinfeksi.

9. Herpes genital

disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak aktif atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebarannya terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.

10. Candidiasis

Penyakit ini disebabkan oleh jamur CandidaCandidiasis ditandai dengan ruam atau lepuhan yang muncul pada kulit, terutama area lipatan kulit. Sama seperti infeksi menular seksual lainnya, penularan penyakit ini dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita.

Tes Penyakit Menular Seksual

Jika mengalami gejala penyakit menular seksual, dokter akan menanyakan perihal hubungan intim dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian, penderita akan menjalani beberapa tes untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual.

Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual. Dokter juga akan melakukan tes usap untuk mengambil sampel cairan tubuh di sekitar area kelamin. Sampel ini kemudian akan diperiksa di laboratorium.

mekanisme persalinan

selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul (seven cardinal movements of labor)  yang terdiri dari :

  1. Engagement: Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada nulipara, engagementsering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai (Cunningham et. al, 2013; McKinney, 2013).
  2. Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu jalan lahir:
  • Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
  • Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium sehingga os parietalis lebih rendah.
  • Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus posterior), Sumber: Cunningham et. al. William Obstetrics 23rd Edition

  • Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan oleh:
  • Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke dada.
  • Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
  • Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu lebih menempel pada tulang dada janin .
  • Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

4. Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot panggul (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

  • Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat ekstensi.
  • Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal bahu bayi.
  • Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis.

eklamsi pada ibu hamil

EKLAMSI PADA IBU HAMIL

            Eklamsia adalah kondisi serius akibat preeklamsia pada ibu hamil, yang ditandai adanya kejang.  Dengan kata lain, preeklamsia yang disertai kejang disebut eklamsia.

            Eklamsia merupakan kondisi jarang terjadi, namun harus segera ditangani apabila muncul karena dapat membahayakan nyawa sang ibu dan bayi yang dikandungnyanya. Eklamsia bisa terjadi pada saat ibu hamil mengalami hipertensi berat atau preeklamsia, di mana sudah muncul kejang-kejang. Kejang dapat diikuti dengan penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong.

            Preeklamsia umumnya terjadi pada trimester terakhir kehamilan, dan risiko munculnya kejang (eklamsia) adalah pada saat mendekati persalinan. Kejang eklamsia dapat dibagi menjadi 2 fase. Fase pertama adalah kejang sekitar 15-20 detik yang ditandai dengan kedutan di sekitar wajah. Setelah itu, kejang eklamsia akan masuk fase kedua yang ditandai dengan kejang otot di sekitar rahang, otot mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama sekitar 60 detik.

Agar dapat menghindari bahaya dari eklamsia, cara paling efektif adalah dengan mendeteksi risiko terjadinya preeklamsia pada masa-masa awal kehamilan.

Gejala Eklamsia

            Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu didahului dengan preeklamsia. Seringkali ibu hamil yang mengalami preeklamsia tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, preeklamsia dapat diketahui pada waktu pemeriksaan dengan tanda-tanda klinis seperti:

  • Hipertensi. Preeklamsia dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak pembuluh darah baik arteri, vena, dan kapiler. Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan aliran darah terganggu sehingga mengganggu kinerja otak dan dapat menghambat pertumbuhan bayi.
  • Proteinuria. Proteinuria adalah keberadaan protein di dalam urine yang diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal. Kondisi ini dapat muncul jika glomerulus, bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah, mengalami kerusakan sehingga protein dapat lolos dari penyaringan. Ditemukannya protein dalam urine merupakan tanda klinis yang penting dalam mendiagnosis preeklamsia pada ibu hamil, meskipun tidak menunjukkan gejala.

            Gejala preeklamsia lainnya juga dapat muncul seperti pembengkakan pada lengan dan kaki dan kenaikan berat badan tiba-tiba selama 1-2 hari kehamilan. Meskipun demikian, ibu hamil yang tidak mengalami preeklamsia juga dapat mengalami gejala tersebut dan hal itu normal dalam kehamilan.

            Jika preeklamsia sudah masuk tahapan berat, gejala-gejala yang dapat muncul pada ibu hamil antara lain:

  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Nyeri perut.
  • Gangguan penglihatan.
  • Perubahan refleks badan.
  • Gangguan kondisi mental.
  • Adanya cairan dalam paru-paru (pulmonari edema).

            Apabila preeklamsia berat pada ibu hamil sudah disertai kejang-kejang, maka kondisi ini disebut dengan eklamsia. Sebelum kejang terjadi, biasanya terdapat gejala gangguan saraf, seperti sakit kepala dan penglihatan menurun. Gejala preeklamsia umumnya akan hilang sekitar 1-6 minggu setelah persalinan.

Penyebab Eklamsia

            Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui dengan pasti. Namun, sejumlah dugaan menyebutkan bahwa kondisi ini diakibatkan oleh kelainan pada pembuluh darah dan kelainan pada plasenta.

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil adalah:

  • Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun.
  • Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  • Obesitas.
  • Mengalami hipertensi sebelum menjalani kehamilan.
  • Menjalani kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau inseminasi buatan.
  • Mengalami kehamilan berganda.
  • Mengalami anemia sel sabit.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Diagnosis Eklamsia

            Pada wanita hamil yang mengalami kejang, dokter akan menentukan apakah kejang tersebut diakibatkan oleh preeklamsia, terutama apabila pasien sudah pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya, ataukah karena penyebab lain. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan darah. Preeklamsia dan eklamsia sangat terkait dengan tekanan darah pada wanita hamil. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaandarah pada wanita hamil agar dapat mendiagnosisadanyapreeklamsia dan eklamsia dengan tepat.Pemeriksaan darah ini mencakup:
    • Penghitungan sel darah lengkap (complete blood cell count). Analisis sel darah lengkap dapat menunjukkan apakah seseorang menderita preeklamsia atau gangguan lain, seperti trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopatik, atau sindrom HELLP (gangguan pada organ hati yang merupakan salah satu bentuk preeklamsia berat). Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah.
    • Analisis hematokrit. Metode ini dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah per volume darah, yang berperan dalam mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi ibu hamil dan janinnya tetap dipastikan terjaga.
  • Tes fungsi ginjal. Untuk memastikan apakah seorang wanita hamil mengalami komplikasi dari preeklamsia dan eklamsia yang merusak ginjal, dapat dilakukan tes fungsi ginjal sebagai berikut:
    • Tes serum kreatinin. Kreatinin merupakan zat buangan dari otot yang dialirkan melalui darah dan dibuang melalui ginjal. Akan tetapi, jika ginjal mengalami kerusakan akibat preeklamsia dan eklamsia, kadar kreatinin akan bertambah dalam darah akibat penyaringan kreatinin tidak berlangsung dengan baik.
    • Tes urine. Keberadaan protein dalam urine (proteinuria) merupakan salah satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Kadar protein dalam urine yang umumnya terdapat dalam urine ibu hamil dengan preeklamsia adalah diatas 1 g/L. Selain itu, kadar asam urat juga bisa mengalami peningkatan.
  • Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dan eklamsia berfungsi untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan baik. Melalui pemeriksaan USG, kondisi janin dapat dinilai melalui pengecekan detak jantung serta pertumbuhan janin. Metode pemindaian lain yang dapat dilakukan selain USG adalah MRI dan CT scan, terutama untuk memastikan tidak adanya gangguan selain preeklamsia dan eklamsia.

Pengobatan Eklamsia

            Pengobatan eklamsia harus memperhatikan kondisi ibu hamil pada saat itu. Ketika preeklamsia yang muncul sudah memasuki tahapan eklamsia, pengobatan paling utama adalah persalinan, apabila kehamilan sudah cukup bulan. Selain itu, eklamsia juga dapat terjadi pada jangka waktu 24 jam setelah persalinan. Beberapa obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah hingga di bawah 160 mmHg, di antaranya hydralazine, labetalol, dannifedipine.

Untuk mengobati kejang-kejang yang terjadi selama eklamsia pada ibu hamil, dokter kemungkinan akan memberikan obat seperti:

  • Magnesium sulfat. Magnesium sulfat berfungsi untuk menurunkan risiko kembalinya kejang pada ibu hamil yang mengalami eklamsia, dan biasanya diberikan dalam bentuk larutan secara intravena. Pemberian magnesium sulfat untuk meredakan kejang dilakukan selama 24-48 jam.
  • Diazepam, phenytoin, dan natrium amobarbital. Ketiga jenis obat ini dapat diberikan jika kejang-kejang kembali terjadi pada ibu hamil meskipun sudah diberikan magnesium sulfat.

Setelah kejang-kejang pada ibu hamil dapat diredakan, dokter dapat mempersiapkan persalinan bayi agar preeklamsia dan eklamsia dapat dihentikan, terutama jika janin sudah berusia cukup untuk dilakukan persalinan. Persalinan dapat dilakukan melalui operasi caesar ataupun persalinan normal melalui vagina. Persalinan melalui vagina, dapat dilakukan terutama pada ibu hamil yang sudah mendekati tanggal perkiraan persalinan. Untuk membantu persalinan vaginal, dapat diberikan oksitosin yang berfungsi untuk menginduksi persalinan dengan merangsang kontraksi otot rahim. Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dianjurkan untuk dilakukan persalinan caesar. Persalinan caesar juga harus segera dilakukan jika sudah ada tanda-tanda gawat janin pada eklamsia. Untuk membantu perkembangan paru-paru janin, dapat diberikan obat-obatan jenis steroid seperti kortikosteroid.

Komplikasi Eklamsia

Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan kompikasi serius, termasuk kematian ibu dan janin. Beberapa komplikasi yang masih dapat terjadi pasca persalinan dan pengobatan eklamsia, antara lain adalah:

  • Kerusakan sistem saraf pusat dan pendarahan intrakranial akibat kejang yang muncul berulang. Gejala lain dari kerusakan sistem saraf pusat adalah kebutaan kortikal, akibat kerusakan pada korteks oksipital otak.
  • Gagal ginjal akut dan gangguan ginjal lainnya.
  • Gangguan kehamilan dan janin.
  • Gangguan dan kerusakan hati (sindrom HELLP)
  • Gangguan sistem peredaran darah, seperti koagulasi intravena terdiseminasi (DIC).
  • Penyakit jantung koroner dan stroke.
  • Kemunculan kembali preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan berikutnya.

Prognosis Eklamsia pada Ibu Hamil dan Janin

            Ibu hamil yang mengalami preeklamsia dan eklamsia kebanyakan dapat menjalani kehamilan dan persalinan tanpa ada masalah. Meskipun demikian, dapat terjadi gangguan pada tekanan darah pasca persalinan. Pada beberapa wanita yang memiliki riwayat preeklamsia dan eklamsia, risiko hipertensi ini bisa berlanjut pada kehamilan berikutnya.

            Bayi yang lahir dari ibu hamil yang mengalami preeklamsia atau eklamsia umumnya dapat hidup normal seperti bayi lain, walaupun seringkali lahir dengan kondisi prematur dan harus tinggal di rumah sakit lebih lama.

            Jumlah kematian pada ibu hamil akibat eklamsia hanya sekitar 1,8% dari jumlah kasus eklamsia yang tercatat. Seringkali kematian ibu hamil akibat eklamsia terkait dengan kondisi lain, seperti sindrom HELLP dan kekurangan trombosit. Sedangkan kematian janin akibat eklamsia seringkali diakibatkan oleh gangguan atau kerusakan pada plasenta, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, dan hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin.

Pencegahan Eklamsia

            Karena penyebab preeklamsia dan eklamsia tidak diketahui secara pasti, maka langkah pencegahan cukup sulit dilakukan. Namun, dokter dapat menyarankan sejumlah hal kepada ibu hamil untuk meminimalisasi risiko terjadinya kedua kondisi tersebut beserta komplikasinya. Di antaranya adalah:

  • Mengonsumsi aspirin dosis rendah. Aspirin dapat berperan untuk mencegah penggumpalan darah dan pengecilan pembuluh darah sehingga dapat mencegah munculnya preeklamsia. Selain itu, konsumsi aspirin dosis rendah dapat menurunkan risiko kematian janin akibat eklamsia, menurunkan risiko kelahiran prematur, dan mencegah abrupsio plasenta (lepasnya ari-ari dari dinding rahim sebelum persalinan).
  • Menjaga tekanan darah. Pada wanita yang memiliki permasalahan hipertensi sebelum menjalani kehamilan, menjaga tekanan darah akan sangat membantu menurunkan risiko eklamsia. Melalui cara ini, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda preeklamsia dan melakukan penanganan dengan segera. Menjaga tekanan darah dapat dimulai saat perencanaan kehamilan hingga persalinan.
  • Mengonsumsi suplemen yang mengandung arginin dan vitamin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian arginin dan vitamin (terutama vitamin yang bersifat antioksidan) dapat membantu menurunkan risiko preeklamsia dan eklamsia, terutama jika dimulai pada kehamilan minggu ke-24.

TANDA TANDA BAHAYA PADA IBU HAMIL

TANDA TANDA BAHAYA PADA IBU HAMIL

1. Ibu hamil mengalami perdarahan atau mengeluarkan bercak darah terus menerus dari jalan lahir.

            Pada masa hamil muda, keadaan ini dapat menimbulkan bahaya keguguran pada janin dalam kandungan. Pada usia kehamilan yang lanjut mendekati cukup bulan, bila tiba tiba mengalami keluar  darah merah segar maupun gumpal kehitaman dari jalan lahir kemungkinan besar berasal dari ari-ari atau plasenta yang terlepas sebagian sebelum bayi lahir. Pada kondisi ini  sebaiknya  ibu hamil segera di bawa ke tempat pelayanan kesehatan. Saran: Pada saat mengalami perdarahan seorang ibu hamil harus segera tirah baring agar perdarahan tidak semakin banyak. Bila perdarahan cukup banyak hingga menembus kain atau pakaian dan tempat pelayanan kesehatan jauh sebaiknya selama perjalanan menuju ke rumah sakit posisikan kedua kaki lebih tinggi dengan di ganjal bantal. Kepala dibaringkan datar sejajar tubuh. Beri minum manis pada ibu hamil yang mengalami perdarahan. Jangan memaksakan diri menuju rumah sakit yang jauh, segera menuju di tempat pelayanan kesehatan yang ditemukan dalam  perjalanan agar mendapat tindakan pertolongan penambahan cairan dan upaya penghentian perdarahan. Keterlambatan penanganan sering terjadi karena keluarga berusaha menuju rumah sakit yang jauh tanpa adanya tindakan darurat dari tenaga kesehatan terdekat.

2. Bengkak di tangan, kaki dan wajah.

            Memasuki masa kehamilan beberapa perubahan tubuh pada ibu hamil antara lain adalah kenaikan berat badan  dan sedikit pembengkakan pada bagian tubuh seperti tangan, kaki dan wajah. Namun waspada bila terjadi pembengkakan pada bagian tubuh tersebut dan diikuti dengan nyeri tengkuk, nyeri ulu hati dan pusing kepala bahkan kejang – kejang mendadak  dan disertai pertambahan berat badan  berlebihan selama hamil  juga perlu diwaspadai.Semua tanda tersebut mengarah pada keadaan keracunan kehamilan atau disebut dengan preeklampsia dan eklampsia bila kejang. Saran: Untuk mengetahui pembengkakan yang tidak normal antara lain dengan menekan pada daerah tungkai kaki yang bengkak, bila bagian yang ditekan tampak cekung dan tidak segera kembali seperti semula berarti terdapat penumpukan cairan. Untuk ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah selama kehamlan seringkali diikuti dengan pembengkakan pada anggota tubuh kaki , bila sudah mendapat perawatan dan pengobatan sebaiknya ibu hamil sering sering mengganjal kedua kaki lebih tinggi dari tubuh agar memperlancar aliran darah dan mencegah penumpukan cairan berlebihan di area kaki. Hindari penggunaan pakaian yang ketat selama hamil. Ibu hamil dengan kondisi bengkak, pusing kepala, nyeri tengkuk dan ulu hati , mata berkunang kunang wajib segera memeriksakan diri ke bidan dan tenaga kesehatan terdekat.

3. Demam tinggi

            Ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami panas  atau demam tinggi perlu segera dibawa kepada tenaga kesehatan atau pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan bahaya bagi ibu akibat infeksi. Selain itu, bayi berpotensi mengalami keguguran dan terlahir prematur bahkan kematian bayi dalam kandungan. Saran  : Ibu hamil dengan panas tinggi tidak dianjurkan untuk minum obat penurun panas tanpa ada pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Selama mengalami demam ibu hamil minum air putih yang cukup agar tidak terjadi kekurangan cairan tubuh. Bila sudah mendapat pengobatan, sebaiknya ibu hamil istirahat  tirah baring di atas tempat tidur hingga suhu tubuh kembali normal .

 4. Keluar air ketuban

            Bagi ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami ada cairan keluar dari jalan lahir, baik itu merembes maupun mengalir, segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan untuk memastikan apakah ibu mengalami pecah ketuban. Jangan lupa perhatikan warna air ketuban atau perembesan air ketuban. Beritahukan pada bidan saat memeriksa misalnya banyaknya air ketuban hingga membasahi sprei atau berapa kali ganti pembalut, warna dan baunya. Saran: Jangan menunda untuk memeriksakan diri karena air ketuban semakin berkurang dan bisa kering.  Berisiko bayi mengalami infeksi dalam kandungan. Terutama bila air ketuban yang keluar berwarna kuning kental atau kehijauan bau, ibu hamil wajib segera datang kepada tenaga kesehatan terdekat. Bila terasa ada perembesan air ketuban atau ada cairan ketuban mengalir dari jalan lahir  sebaiknya ibu hamil segera di bawa ke bidan atau dokter dan posisikan duduk atau bila air ketuban mengalir deras upayakan  berbaring selama perjalanan agar tidak semakin banyak cairan yang keluar.

5. Gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak sama-sekali.

            Bagi ibu hamil penting memantau gerak bayi dalam kandungan. Pada kehamilan yang masih muda memang belum dapat dirasakan. Pada umumnya, memasuki kehamilan lima bulan, ibu hamil semakin sering meraskan gerakan gerakan janin dalam kandungan. Bila dalam keadaan terjaga, diharapkan seorang ibu hamil bisa merasakan gerakan janin  kurang lebih sepuluh kali dalam 12 jam. Bila ibu tidak merasakan gerakan janin sebaiknya segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan agar tidak terlambat dan terjadi kematian janin dalam kandungan. Saran: Ibu hamil bisa mempraktikkan menghitung gerakan janin ini misalnya dengan menulis di kertas saat sambil bekerja, misalnya dengan membuat tulisan dengan sepuluh huruf : “ S A Y A N G    B A Y I “  bila setiap merasakan bayi bergerak, segera ibu menulis satu huruf saja maka selama bekerja di kantor atau saat di rumah. bila sudah terangkai kalimat sayang bayi berarti sudah aman. Atau bila ibu rumah tangga bisa dengan menggunakan koin uang logam, saat bayi bergerak tandai dengan koin uang logam yang dikumpulkan dalam wadah kecil, bila sudah terkumpul sepuluh koin berarti bayi aman. Namun demikian perlu tetap diwaspadai bila bayi tiba tiba berhenti bergerak sama sekali setelah gesit bergerak terus menerus tanpa henti. Pada beberapa kasus bayi dengan lilitan tali pusat seringkali janin dalam kandungan setelah bergerak lincah, tiba-tiba bayi tidak bergerak sama sekali . Untuk merangsang gerak bayi  sehari hari bisa dilakukan antara lain  ibu coba berbaring miring ke satu sisi tubuh ke arah kiri dan usap perlahan perut ibu, ajak bayi berkomunikasi sambil ibu relaksasi dan menarik nafas panjang.

6. Ibu muntah terus menerus dan tak bisa makan sama sekali

            Pada kehamilan, ada perubahan hormon tubuh yang berguna untuk mempertahankan  pertumbuhan dan menjaga kehamilan. Namun pada beberapa ibu hamil hal ini dapat mengakibatkan muntah berlebihan bahkan hingga kesadaaran menurun akibat kekurangan cairan dan zat makanan. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi ibu dan janin dalam kandungan Saran : Segera membawa ibu hamil yang mengalami muntah berlebihan dan tidak bisa makan atau minum, ataupun dalam keadaan setelah makan dan minum ibu hamil langsung muntah lagi dan terdapat demam. Bila dalam pemeriksaaan ternyata  ibu hamil disarankan untuk perawatan di rumah sakit dan dibantu dengan penambahan cairan  makanan melalui infus maka hendaknya ada dukungan dari keluarga. Keluarga bisa membantu mengamati tanda – tanda ibu hamil kekurangan cairan tubuh antara lain bibir kering dan pecah pecah, nafas bau, kulit kekenyalan menurun saat dicubit, keriput tidak segera kembali, mata tampak cekung dan peningkatan suhu tubuh.

7. Ibu mengalami cedera atau trauma pada daerah perut.

            Keadaan cedera tersebut bisa diakibatkan kecelakaan, terjatuh maupun akibat tindakan kekerasan misalnya dipukul atau ditendang daerah perut. Keadaan seperti ini dapat berakibat ibu mengalami perdarahan, keguguran dan gangguan pertumbuhan dalam rahim. Saran : Bila melihat ibu hamil mengalami  benturan pada perut atau terjatuh karena kecelakaan di lalulintas walaupun tidak terluka sebaiknya  segera membawa ibu hamil kepada petugas kesehatan maupun pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pemeriksaan. Ibu hamil dengan tindakan kekerasan fisik hingga saat ini masih ditemukan.Perlu adanya kerjasama dari lingkungan masyarakat untuk menyadarkan pentingnya menjaga keselamatan dan menyayangi ibu hamil.


ANEMIA DALAM KEHAMILAN

                          PENGERTIAN ANEMIA  DALAM KEHAMILAN

            Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II(Sarwono P, 2002).

            Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).

            Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.

            Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.

            Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.

B.  EPIDEMIOLOGI ANEMIA

            Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008).

            Frekuensi timbulnya anemia dalam  kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.

Karakter Trias Epidemiologi

            1)      Host

Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari:

            a.       Umur

            Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang.

            b.      Kelompok etnik

            Berdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi

            c.       Keadaan Fisiologis

            Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis.

            d.      Keadaan imunologis

            Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah.

            e.       Kebiasaan

            Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia.

            f.       Sosial ekonomis

            Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.

            g.      Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan

            Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).

            2)      Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:

a.       Unsur gizi

            Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.

b.      Kimia dari dalam dan luar

            Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).

c.       Faktor faali/ fisiologis

            Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.

3)      Lingkungan

            Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.

            Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

C.       PATOGENESA ANEMIA PADA KEHAMILAN

            Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host).

            Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.

            Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.

            Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .

Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis

            Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam      Amiruddin et al, 2007).

            Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.

            Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010).

            Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan atau kematian.

            Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya, janinnya, persalinannya dan bayi nantinya.

            Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurunsedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

D.      PENCEGAHAN DAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN

        Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbangdengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapatdiperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosisrendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl),sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari

            Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari tiga(3) yaitu :

            1.      Pencegahan Primer

            Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).

Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.

            Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.

            2.        Pencegahan Sekunder

                        Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.

            Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, makabidan sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).

Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di wilayahnya.

            3.        Pencegahan Tersier

            Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.

            Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini,bidan dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.

E.     GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN

·         Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,

·         Nafsu makan turun (anoreksia), mual, muntah

·         Konsentrasi hilang,

·         Nafas pendek (pada anemia parah)

·         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

·         Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk

·          Pusing atau kelemahan

·          Sakit kepala

·         Lesi pada mulut dan lidah

·         Kulit pucat

·         Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat

·         Dasar kuku pucat

·         Takikardi

·         perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular

·         disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.

F.     ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :

·         Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12

·         Kemampuan perombakan sel darah merah yang terlalu cepat

·         Malabsorpsi

·         Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

·         Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria,

            G.   JENIS-JENIS ANEMIA

Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :

a.         komponen (bahan) yang berasal dari makanan

·         Protein, glukosa, lemak

·         Vitamin B12, asam falat, Vit C

·         Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink

b.        Sum-sum tulang

c.         Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan

d.        Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel – sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.

e.         Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)

·         Menstruasi

·         Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri,
Polip Serviks, penyakit darah.

Berdasarkan atas faktor – faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :

1.      Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)

            Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.

Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat. Merupakan anemia yang paling seringdijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita hamil 17 mg

2.      Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)

            Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM (sel darah merah) dan hipokrom makrositik Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia megaloblastik saja

3.        Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)

            Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.

            4.        Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)

            Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania. Kejadiannya Dua persen dari semua  wanita keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.

penyebabnya Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.

5.      Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.  Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.

6.      Anemia Sel Sabit

Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi. Kejadiannya Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.

H.   PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN.

a.       Bahaya selama kehamilan

·         Persalinan Prematur

·         Mudah terjadinya Infeksi

·         Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)

·         Hiperemesis Gravidarum

·         Perdarahan Antepartum

·         KPD ( Ketuban Pecah Dini )

b.      Bahaya saat persalinan

·         Gangguan his kekuatan mengejan

·         Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

·         Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.

·         Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri

·         Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri

c.       Bahaya pada saat Nifas

·         Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan

·         Memudahkan infeksi Puerpurium

·         Berkurangnya pengeluaran ASI

·         Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin

·         Memudahkan terjadi Infeksi mamae

d.      Pengaruh Anemia Terhadap Janin

Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :

·         Abortus

·         Kematian Interauterin

·         Persalinan Prematuritas tinggi

·         BBLR

·         Kelahiran dengan anemia

·         Terjadi cacat kongenital

·         Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian

·         Intelegensi yang rendah

·         Kekuranganenergi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 – 14kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadienergi

I. KEBUTUHAN ZAT BESI PADA WANITA HAMIL

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan pada wanita dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg. Pada saat kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :

·         Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe

·         Terdapat dalam placenta 300 mg Fe

·         Untuk darah janin 100 mg Fe + Jumlah 900 mg Fe

Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan meningkatkan volume 38 % – 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34 minggu. Jumlah pertambahan sel darah 18 % – 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %.

Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi kurang lebih 900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.

alat kontrasepsi pil

Pengertian pil KB

Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegh kehmilanatau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per oral/konsepsi oral.

Pil Kb merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut, berisi hormon estrogen dan progesteron. Brtujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat peepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif bila digunakan secara benar dan konsisten.

Manfaat pil KB

Ada beberapa manfaat dari pil KB selain untuk menunda atau menjarakkan kehamilan yaitu :

  1. Siklus menstrusi lebih teratur. Pil hormon menyebabkan siklus menstruasi menjadi lebih teratur.
  2. Kram dan nyeri menstruasi menjadi lebih ringan
  3. Peluang rendah untuk anemia defesiensi zat besi.
  4. Menekan risiko endometriosis simptomatik.
  5. Menanggulangi risiko payudara fibrisistik
  6. Mencegah kehamilan ektopik
  7. Tidak mempengaruhi kesuburan.
  8. Mencegah osteoporosis
  9. Mengurangi resiko kanker indung telur
  10. Tidak akan menganggu hubungan seksual

Tujuan dari pil KB

Tujuan dari pil KB adalah sebagai berikut :

  1. Untuk menunda kehamilan
  2. Untuk menjarangkan kehamilan

Indikasi dari pil KB

  1. Usia reproduksi
  2. Telah memiliki anak atau belum
  3. Gemuk atau kurus
  4. Menginginkn jenis kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
  5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
  6. Pasca keguguran

Kontraindikasi pil KB

  1. Kehamilan
  2. Kecurigaan atau adanya carcinoma mammae
  3. Adanya neoplasma yang di pengaruhi  oleh estrogen
  4. Menderita penyakit trombhoboli atau varises yang luas
  5. Perdarahan vagina yang tidak tau pentebabnya

Cara pemakian pil KB

telanlah obat bulat bulat dengan air, boleh setelah makan atau sebelum makan

Efek samping dari pil KB

Beberapa efek samping yang muncul dri kontrasepsi pil KB

  • Mual
  • Pengerasan payudara
  • Terjadi perdarahan antara dua siklus menstruasi
  • Turunnya gairah seksual
  • Peningkatan berat badan
  • Perubahan mood dan emosi

Pil KB juga dapat menimbulkan efek samping yang serius, meskipin sangat jarang terjadi. Efek samping yang lebih serius biasanya muncul jika pengguna pil KB memiliki faktor risiko lain, mialnya merokok yaitu :

  • Gangguan penglihatan
  • Pembengkakan dan nyeri pda tungkai
  • Terbentuknya gumpalan darah
  • Sakit kepala hebat
  • Nyeri perut yang hebat
  • Nyeri dada
  • Serangan jantung
  • Stroke

tanda bahaya ibu hamil

. Ibu hamil mengalami perdarahan atau mengeluarkan bercak darah terus menerus dari jalan lahir. Pada masa hamil muda, keadaan ini dapat menimbulkan bahaya keguguran pada janin dalam kandungan. Pada usia kehamilan yang lanjut mendekati cukup bulan, bila tiba tiba mengalami keluar darah merah segar maupun gumpal kehitaman dari jalan lahir kemungkinan besar berasal dari ari-ari atau plasenta yang terlepas sebagian sebelum bayi lahir. Pada kondisi ini sebaiknya ibu hamil segera di bawa ke tempat pelayanan kesehatan. Saran: Pada saat mengalami perdarahan seorang ibu hamil harus segera tirah baring agar perdarahan tidak semakin banyak. Bila perdarahan cukup banyak hingga menembus kain atau pakaian dan tempat pelayanan kesehatan jauh sebaiknya selama perjalanan menuju ke rumah sakit posisikan kedua kaki lebih tinggi dengan di ganjal bantal. Kepala dibaringkan datar sejajar tubuh. Beri minum manis pada ibu hamil yang mengalami perdarahan. Jangan memaksakan diri menuju rumah sakit yang jauh, segera menuju di tempat pelayanan kesehatan yang ditemukan dalam perjalanan agar mendapat tindakan pertolongan penambahan cairan dan upaya penghentian perdarahan. Keterlambatan penanganan sering terjadi karena keluarga berusaha menuju rumah sakit yang jauh tanpa adanya tindakan darurat dari tenaga kesehatan terdekat. 2. Bengkak di tangan, kaki dan wajah. Memasuki masa kehamilan beberapa perubahan tubuh pada ibu hamil antara lain adalah kenaikan berat badan dan sedikit pembengkakan pada bagian tubuh seperti tangan, kaki dan wajah. Namun waspada bila terjadi pembengkakan pada bagian tubuh tersebut dan diikuti dengan nyeri tengkuk, nyeri ulu hati dan pusing kepala bahkan kejang – kejang mendadak dan disertai pertambahan berat badan berlebihan selama hamil juga perlu diwaspadai.Semua tanda tersebut mengarah pada keadaan keracunan kehamilan atau disebut dengan preeklampsia dan eklampsia bila kejang. Saran: Untuk mengetahui pembengkakan yang tidak normal antara lain dengan menekan pada daerah tungkai kaki yang bengkak, bila bagian yang ditekan tampak cekung dan tidak segera kembali seperti semula berarti terdapat penumpukan cairan. Untuk ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah selama kehamlan seringkali diikuti dengan pembengkakan pada anggota tubuh kaki , bila sudah mendapat perawatan dan pengobatan sebaiknya ibu hamil sering sering mengganjal kedua kaki lebih tinggi dari tubuh agar memperlancar aliran darah dan mencegah penumpukan cairan berlebihan di area kaki. Hindari penggunaan pakaian yang ketat selama hamil. Ibu hamil dengan kondisi bengkak, pusing kepala, nyeri tengkuk dan ulu hati , mata berkunang kunang wajib segera memeriksakan diri ke bidan dan tenaga kesehatan terdekat. 3. Demam tinggi Ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami panas atau demam tinggi perlu segera dibawa kepada tenaga kesehatan atau pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan bahaya bagi ibu akibat infeksi. Selain itu, bayi berpotensi mengalami keguguran dan terlahir prematur bahkan kematian bayi dalam kandungan. Saran : Ibu hamil dengan panas tinggi tidak dianjurkan untuk minum obat penurun panas tanpa ada pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Selama mengalami demam ibu hamil minum air putih yang cukup agar tidak terjadi kekurangan cairan tubuh. Bila sudah mendapat pengobatan, sebaiknya ibu hamil istirahat tirah baring di atas tempat tidur hingga suhu tubuh kembali normal . 4. Keluar air ketuban Bagi ibu hamil dalam usia kehamilan berapapun bila mengalami ada cairan keluar dari jalan lahir, baik itu merembes maupun mengalir, segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan untuk memastikan apakah ibu mengalami pecah ketuban. Jangan lupa perhatikan warna air ketuban atau perembesan air ketuban. Beritahukan pada bidan saat memeriksa misalnya banyaknya air ketuban hingga membasahi sprei atau berapa kali ganti pembalut, warna dan baunya. Saran: Jangan menunda untuk memeriksakan diri karena air ketuban semakin berkurang dan bisa kering. Berisiko bayi mengalami infeksi dalam kandungan. Terutama bila air ketuban yang keluar berwarna kuning kental atau kehijauan bau, ibu hamil wajib segera datang kepada tenaga kesehatan terdekat. Bila terasa ada perembesan air ketuban atau ada cairan ketuban mengalir dari jalan lahir sebaiknya ibu hamil segera di bawa ke bidan atau dokter dan posisikan duduk atau bila air ketuban mengalir deras upayakan berbaring selama perjalanan agar tidak semakin banyak cairan yang keluar. 5. Gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak sama-sekali. Bagi ibu hamil penting memantau gerak bayi dalam kandungan. Pada kehamilan yang masih muda memang belum dapat dirasakan. Pada umumnya, memasuki kehamilan lima bulan, ibu hamil semakin sering meraskan gerakan gerakan janin dalam kandungan. Bila dalam keadaan terjaga, diharapkan seorang ibu hamil bisa merasakan gerakan janin kurang lebih sepuluh kali dalam 12 jam. Bila ibu tidak merasakan gerakan janin sebaiknya segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan agar tidak terlambat dan terjadi kematian janin dalam kandungan. Saran: Ibu hamil bisa mempraktikkan menghitung gerakan janin ini misalnya dengan menulis di kertas saat sambil bekerja, misalnya dengan membuat tulisan dengan sepuluh huruf : “ S A Y A N G B A Y I “ bila setiap merasakan bayi bergerak, segera ibu menulis satu huruf saja maka selama bekerja di kantor atau saat di rumah. bila sudah terangkai kalimat sayang bayi berarti sudah aman. Atau bila ibu rumah tangga bisa dengan menggunakan koin uang logam, saat bayi bergerak tandai dengan koin uang logam yang dikumpulkan dalam wadah kecil, bila sudah terkumpul sepuluh koin berarti bayi aman. Namun demikian perlu tetap diwaspadai bila bayi tiba tiba berhenti bergerak sama sekali setelah gesit bergerak terus menerus tanpa henti. Pada beberapa kasus bayi dengan lilitan tali pusat seringkali janin dalam kandungan setelah bergerak lincah, tiba-tiba bayi tidak bergerak sama sekali . Untuk merangsang gerak bayi sehari hari bisa dilakukan antara lain ibu coba berbaring miring ke satu sisi tubuh ke arah kiri dan usap perlahan perut ibu, ajak bayi berkomunikasi sambil ibu relaksasi dan menarik nafas panjang. 6. Ibu muntah terus menerus dan tak bisa makan sama sekali Pada kehamilan, ada perubahan hormon tubuh yang berguna untuk mempertahankan pertumbuhan dan menjaga kehamilan. Namun pada beberapa ibu hamil hal ini dapat mengakibatkan muntah berlebihan bahkan hingga kesadaaran menurun akibat kekurangan cairan dan zat makanan. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi ibu dan janin dalam kandungan Saran : Segera membawa ibu hamil yang mengalami muntah berlebihan dan tidak bisa makan atau minum, ataupun dalam keadaan setelah makan dan minum ibu hamil langsung muntah lagi dan terdapat demam. Bila dalam pemeriksaaan ternyata ibu hamil disarankan untuk perawatan di rumah sakit dan dibantu dengan penambahan cairan makanan melalui infus maka hendaknya ada dukungan dari keluarga. Keluarga bisa membantu mengamati tanda – tanda ibu hamil kekurangan cairan tubuh antara lain bibir kering dan pecah pecah, nafas bau, kulit kekenyalan menurun saat dicubit, keriput tidak segera kembali, mata tampak cekung dan peningkatan suhu tubuh. 7. Ibu mengalami cedera atau trauma pada daerah perut. Keadaan cedera tersebut bisa diakibatkan kecelakaan, terjatuh maupun akibat tindakan kekerasan misalnya dipukul atau ditendang daerah perut. Keadaan seperti ini dapat berakibat ibu mengalami perdarahan, keguguran dan gangguan pertumbuhan dalam rahim.